• Join Us on Google Plus!

Iklan header

Wednesday 30 March 2016

Perbedaan Metode Penelitihan Kuantitatif dan Kualitatif

03:44 // by Unknown // // 1 comment

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang menghasilkan masalah-masalah atau sejenisnya yang akhirnya mengundang para peneliti mengadakan penelitian-penelian untuk mengetahui tujuan atau latar belkang adanya kejadian tersebut.
Banyak jenis penelitian yang diciptakan untuk menesuaikan kejadian-kejadian yang ingin dipecahkan, salah satunya yakni penelitian secaa kuantitatif dan penelitian secara kualitatif. Adanya berbagai jenis penelitian ini dimaksutkan untuk menyesuaikan data atau obyek yang akan diungkap, termasuk kedua jenis penelitian tersebut.
Penelitian kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih banyak secara meluas, seangkan penelitian kualitatif digunakan peneliti untuk mengetahui secara mendalam atas kejadian-kejadian atau obyek penelitian, melalui wawancara-wawacara dan sebagainya bukan hanya menggunakan data secara universal.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih luas perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian secara kuantitatif.

B.     Rumusan Masalah
Apa yang membedakan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif?
C.    Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penelitian Kualitatif
Berbicara mengenai metodologi berarti berbicara mengenai hukum, aturan, dan tata cara dalam melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu. Karena metodologi diartikan sebagai hokum dan aturan, tentunya di dalamnya terkandung hal-hal yang diatur secara sistematis, hal-hal yang diwajbkan, dianjurkan, dan atau dilarang. Sama seperti hokum dan aturan lainnya, metodologi diciptakan dengan tujuan untuk dijadikan pedoman yang dapat menuntun dan mempermudah individu yang melaksnakannya.
Penelitian atau dalam bahasa Inggris disebut dengan research. Jika dilihat dari susunan katanya, terdiri atas dua suku kata, yatitu re yang berarti melakukan kembali atau pengulangan dan research yang berarti melihat, mengamati atau mencari, sehingga research dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman baru yang lebih kompleks, lebih mendetail, dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti.
Adapun pengertian penelitian kuliatatif dapat dilihat dari beberapa teori berikut ini:
a)   Creswell (dalam Herdiansyah, 2010: 8), menyebutkan:
“Qualitaive research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a natural setting”.
"Penelitian Qualitaive merupakan proses penyelidikan pemahaman berdasarkan tradisi metodologi yang berbeda dari penyelidikan yang mengeksplorasi masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun , gambar holistik kompleks , analizes kata , melaporkan pandangan rinci informasi , dan melakukan studi dalam pengaturan alam " .

b)  Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9)

c)   Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1).
d)  Sugiyono (2011:15), menyimpulkan bahwa metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafatpostpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitaif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

B.     Pengertian Metode Penelitihan Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.[1]
Beberapa metodologi seperti Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2) metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, Karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.

B. Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif[2]. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif dengan kualitatif seperti berikut ini[3]:
1.      Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya.\
Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan.
2.      Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya.
Di sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3.      Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4.      Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.
5.      Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.
6.      Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data.
Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7.      Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan.
8.      Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan pandangan responden.
9.      Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti penelitian telah menggunakan perspektif etikbukan emik lagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10.  (Dari segi) analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi.
11.  Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau kuesioner.
12.  Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.












BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas sosial.
Sedangkan Metode penelitian kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator.
Keduanya memiliki kesamaan dan perbedaan dalam teknik, hasil, cara memperoleh data, dll.


















B.           Daftar Pustaka

Drs.Sumanto.M.A. , 1995 , Metodologi Penelitian Sosial Dan  Pendidikan , Yogyakarta : Andi Offset.
Irwan Abdullah. 2008. Materi Kuliah Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Hal 14-16
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.




[1] Drs.Sumanto.M.A. , 1995 , Metodologi Penelitian Sosial Dan  Pendidikan , Yogyakarta : Andi Offset.
[2] Irwan Abdullah. 2008. Materi Kuliah Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM
[3] Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Hal 14-16

Sunday 27 March 2016

Pesan Dalam Komunikasi Antar Pribadi

16:56 // by Unknown // // 1 comment

Pesan Dalam Komunikasi Antar Pribadi
Makalah ditujukan guna memenuhi Tugas mata kuliah
Teori Komunikasi 1 (Antar Pribadi)
Dosen pengampuh
Drs. H. Yoyon Mudjiono, M.Si







Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya
2016



Muhammad Nurudin C                   B76214077
Lita Desy Arifanty                             B96214099
Mohammad Teguh Hermawan       B06214015

Daftar Isi
Cover Makalah1
A.    Daftar Isi 2
BAB I Pembukaan3
A.    Latar Belakang3
B.     Perilaku Pesan Verbal dan atau non Verbal 4
BAB II Pembahasan4
A.    Tanda dan Simbol4
B.     Komunikasi Verbal dan Non Verbal5
C.    Perilaku Pesan Verbal atau non Verbal 5
1.      Bentuk Bentuk Komunikasi Non Verbal 5
a.      Kinesics  / mengenai gerakan tubuh  6
b.      Paralanguage ( suara )  6
c.       Gangguan Gangguan vokal 7
d.      penggunaan ruang 7
e.       Merancang  Pesan 8
f.       Intrepetasi pesan 10
BAB III Penutup13
A.    Kesimpulan13
B.     Daftar Pustaka14






BAB II
Pembahasan
A.    Latar Belakang
Tanda, simbol, verbal dan non verbal adalah termasuk macam macam komunikasi, dinamakan komunikasi karena sifatnya yang menyampaikan pesan kepada komunikan, namun banyak yang tidak mengetahui bagaimana cara simbol, tanda, verbal dan non verbal menyampaikan pesannya.
Karena itulah, makalah ini membahas tentang definisi tanda, simbol, verbal dan non verbal, serta jenis jenis mereka
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dinamakan Tanda, simbol, verbal dan non verbal?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Memberikan pemahaman tentang definisi Tanda, simbol, verbal dan non verbal












BAB II
Pembahasan
A.    Tanda dan Simbol

Tanda adalah suatu stimulus yang menandai kehadiran sesuatu yang lain . contony jika ada seseorang melatih anjing peliharannya unruk mengatakan “ duduk” maka kata itu adalah tanda bagi anjing untuk duduk. Dengan demikian, suatu tanda berhubungan erat dengan maksud dan tindakan yang sebenarnya.
Symbol bekerja dengan cara yang lebih kompleks yaitu dengan membolehkan seseorng untuk berfikir mengeai sesuatu yang terpisah dari kehadiran segera suatu tanda. Dengan kata lain symbol adalah  “ suatu instrument pikiran “ .
Langer memandang “ makna” sebagai suatu hubungan yang kompleks diantara symbol, objek, dan orang. Jika makna terdiri atas aspek logis dan aspek psikologis . aspek logis adalah symbol dan referenya , yang oleh langer dinamkan “ denotasi” . Aspek psikologis adalah hubungan antara symbol dan orang, yang disebut “ konotasi” .[1]
Manusia menggunakan symbol yang terdiri dari satu kata , namun lebih sering kita menggunakan kombinasi sejumlah kata . makna yang sesungguhnya dari bahasa tedapat pada wacana dimana kita mengikat sejumlah kata kedalam kalimat dan paragraph. Wacana menyatakan “ preporsisi” yaitu beberpa symbol bersifat koompleks yang menujukkan gambaran dari sesutu. Kata “ anjing “ menunjukkan suatu pengertian , namun kombinasi kata “anjing” dengan sejumlah kata lainnya memberikan suatu gambaran yang satu atau utuh .
Setiap symbol atau seperangkat menyampaikan suatu “ konsep” yaitu suatu ide umum, pola, atau bentuk. Menurut Langer , konsep adalah makna bersama di antara sejumlah komunikator yang merupakan denotasi dari symbol. Sebaliknya gambaran personal adalah pengertian yang bersifat pibadi .



B.     Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal daripada non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.
Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.

C.    Perilaku Pesan Verbal / Non verbal
Secara psikologis, perilaku perilaku nonverbal ditafsirkan sebagai keadan individu, seperti emosi individu. Orang merasa sedih yaitu sebagai emosi internal, dan oleh karena itu ia menangis dan itu sebagai perilaku nonverbalnya. Ia merasa bahagia, makannya ia tersenyum. Dalam komunikasi antarpribadi , para komunikator menginterpretasikan masing masing perilaku nonverbal pihak lain sebagai “pesan-pesan” yang dikeluarkan atau disampaikan seseorang untuk memberitahukan kepada pihak lain apa yang ia rasakan.  Secara komunikatif, para interektan menggunakan perilaku perilaku nonverbal untuk mengatur hubungan hubungan lainnya. (Scheflen, 1972) menunjukkan bagaimana, dengan hanya mengamati perilaku-perilaku kinesics nonverbal, seseorang dapat membuat interpretasi bahwa hubungan antarpribadi yang dekat sedang berkembang atau gagal untuk berkembang.
 Cara lain untuk menjelaskan pandangan pskologis dan komunikatif mengenai perilaku nonverbal dengan menggambarkannya sebagai intrapribadi dan antarpribadi. Apabila komunikator menggunakan perilaku nonverbal pihak lainnya untuk menyimpulkan keadaan emosional, maka perilaku nonverbal merupakan bagian integral dari aspek intrapribadi komunikasi. Dalam hal ini perilaku nonverbal dapat dikatakan bersifat informatif. Apabila perilaku kedua orang cocok satu sama lain dengan cara yang terorganisasi dan penuh arti, maka perilaku nonverbal berfungsi  didalam antarpribadi atau bagian hubungan dari proses komunikasi. Dalam hal ini perilaku perilaku nonverbal  dapat dikatakan bersifat komunikatif. Perilaku perilaku nonverbal yang bersifat informatif tidak harus komunikatif (Bavelas,1990; Wiener et al, 1972). Pandangan pandangan ini meskipun berbeda tetapi tidak bertentangan satu sama lain. Perilaku nonverbal bersifat ekspresif maupun relasional, psikologis dan komunikatif; kesemuanya terletak pada kedua tempat dalam model komunikasi antarpribadi.
A.    Bentuk Bentuk komunikasi nonverbal
a.      Kinesics  / mengenai gerakan tubuh
1.      Kontak mata
2.      Ekspresi wajah
3.      Emosi
4.      Gerak isyarat
5.      Sikap badan
6.      sentuhan

b.      Paralanguage ( suara )
                        1 . Pola titi nada
                             Pola titi nada atau pitch merupakan tinggi rendah nada vocal. Orang menaikkan atau menurunkan vocal pitch dan mengubah volume suara untuk mempertegas gagasan , menunjukkan pertanyaan, dan memperlihatkan kegugupan . suara-suara yang lebih rendah dalam pola titinada cenderung mengandung kepercayaan
                        2 . volume
Merupakan keras atau lembutnya nada. Contoh, orang berbicara keras apabila ingin di dengar dalam keadaan gaduh dan berisik.
                        3 . kecepatan
Kecepatatn atau rate mengacu kepada kecepatan pada  saat orang berbicara. Coontoh, orang akan berbicara lebih cepat ketika ia merasa, bahagia, terkejut, gugup. Dan berbicara lebih lambat ketika memikirkan jalan keluar dari sebuah masala.
                        4 . kualitas
Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Beberapa suaara bersifat serak, atau parau, suara yang tidak enak atau tidak menyengkan suara yang bersifat nyaring .masing – masing dari ita menggunakan kaitas yang sedikitberbeda mengenai suara untuk mengkomunikasikan dalam keadaan pikiran yang khusus.

c.       Gangguan Gangguan vokal
Gangguan- gangguan vocal pada awalnya digunakan sebagai “ place makers” dirancang untuk mengisis kekosongan sementara dalam berbicra, untuk menunjukkan bahwa berbicara kita belum selesai dan masih menjadi gliran kita. Contohny, ketika menggunakan   “ emmmm” ketika kita ingn berhenti dan mencari kata atau gagasan yang tepat   . Penggunaan pengisian dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kesan bahwa andakurang percaya diri atau bingung mengenai apa yang anda ngin katakan.
d.      penggunaan ruang
                        1 . proksemik
                                    Setudi mengenai informal – ruangdi sekitar tempat yang kita gunakan suatu saat.mengelola ruang informal memerlukan pemahaman mengenai sikap terhadap ruang da wilayah pribadi. Contohnya. Jika anda pernah berbicara denang seseorang dan sadar dimana anda merasa tidak nyaman karena teman bicara anda berdiri teralu dekat dengan anda dan memulai pembicaraan dan kemudian bergerak lebih dekat maka anda sadar bahwa ruang teman bicara anda mempengaruhi interaksi.
                                    Edward T  Hall (1969) berpendapat bahwa di budaya Amerika Serikat yang dominan, empat jarak yang berbeda di anggap nyaman. Dan bergantng pada sifat pembicaanya, yaitu :[2]
a.       jarak akrab atau intimate distance , sampai 50cm di anggap tepat untuk pmbicaraan antara dua shabat
b.      jarak pribdi atau personal distance, dari 50 cm sampai 125cm merupakan jarak untuuk pembicaraan yang terjadi secara sepints atau  kebetulan
c.       jarak umum atau public distance, mengnai apa saja lebih dari 4 m,
                                   
                        2 . wilayah
Wilayah atau territory mengacu kepada ruang dimana ta menuntut kepemilikan wlayah itu. Contohnya jika maria memutuskan untk makan siang di sebuah restoran di dekat kantornya , ruang di meja yang ia gunakan menjadi wilayahnya.
                        3 . artefak
            Artefak atau artifacts mengcu pada pemilikan kita dan cara – cara kita mendekorasi wilayah kita. Contoh , kita membeli tipe mobil  kelas mahal bukan citra mobil itu saja yang di cerminkan tetapi juga pemiliknya .
           
e.       Merancang  Pesan
1.      Teori Identifikasi
Burke memulai penjelasan mengenai teorinya dengan mengemukakan dua konsep “ tindakan “ ( action) dengan “ gerak “ ( motion) . menurutny , tindakan merupakan perilaku yang sukarela ( voluntary) dan meemilikitujuan ( purposeful) , sedangkan gerak adalah tidak bertujuan (nn-purposeful) dan tidak bermakna   ( non – meaningful) . benda dan binatang memiliki gerak , namun hanya manuia yang memiliki tindakan.
Pandangan Burke terhadap symbol bersifat luas yang mencangku pembahasan  linguistic dan juga unsur – unsur nonverbal. Burke sependapat dengan Mead bahwaa bahasa berfungsi sebagai kendraan untuk tindaakan , dan karena adanya kebutuhan sosia bagi anuia untuk bekerja sama dalam tindakan merekaa maka bahasa mmbentuk perilaku atu perbuatan . menurutnya, manusia dapat membuat symbol dari symbol lainya ,  misalnya orangg dapaat berbicara atau brdiskusi mengenai pidato tokoh atau pemmpin tertentu; orang juga dapat meneliti dan menulis menenai kata – kata , misalnya dalam peneitian anaisis media.
Menurut Burke, bahasa memiliki muatan eosi sehingga tidak ada kata-kata yang netral. Sbagai hasilnya maka sikap, penilian dan perasaan seseorang secara bergantiaan muncul daalam bhasaayang digunakanya. Bahasaa memiliki sifat selektif dan abstrak dengan focus perhatiaan pada aspek-aspek tertentu dari realitas dan mengabaikan aspek-aspek lainya.
Menurut Burke , terdapat tiga sumber identifikaasi yang sling tumpang tindih di antara manusia :
1.      Identifikasi material, yaitu identifikaasi  yan bersumber dari barang, kepemilikan,dan benda. Misalnya , beberapa orang memiliki mobil yang sama atau memilliki selerayan sama terhadap pakaian.
2.      Identifikasi idealistis, yaitu  identifiikasi yang berasal dari gagasan / ide, sikap , perasaan dan niai yang sama . misalnya beberapa orang sama-sama menjadi anggota kelompok tertentu seperi partai plitik , kelompk pengejian , dan sebagainya.
3.      Identifkasi formal , yaitu identifikasi yang berasal dari pengaaturan , bentuk atau organisasi dari suatu peristiwa dimana sejumlah orang turut serta di dalamnya. Misalnya, jika dua orang yan diperkenalkan berjabat tangan, bentuk jabatan tangan itu yang menjad identifiikasi.
2.      Teori Rencana
Charles Berger adalah pencetus teori rencana ( theory of planning ). Berger menyataka bahwa rencana adalah “ hierarchical cognitive representations of al directd action sequences “ ( represntasi kognitif secara hierarkis dari urutn tindakan yang diarahkan pada tujuan  ). Dengan kata ain , rencana adalah gambaran mental dari sejumlah langkah yang akan di tempuh seseorang untuk mencpai suatu tujuan.
3.      Teori Logika Pesan
Barbaraa O’Keefe awalnya adalahseseorang pendukung tori konstruktivism namun kemudian ia memperlus teriny dengan memasukkan juga andangan- pandanan yang terkaitdengan bagaimana orang mendesain pesan.
O’Keefe mengemukaakan tiga logika dalam merancang pesan  :
1.      Logika Ekspresif
Yaitu logika yang memandang komuikasi sebagai suatu cara untuk mengekspresikan diri dan untuk menyataa perasaan dan pikiran. Pesan yang terdapt pada ogika ekspreif ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan hanya memberkan sediikit perhatian pada kebutuhan dan keinginan orang lain.. Contoh , anda marah kepada seorang teman yang tidak mengembalikan buku yang di pinjamnya.
2.      Logika konvensional
Yaitu logika yang melihat komuikasi sebagai suatu permainan yang di mainkan dengn mengikuti sejumlahaturan.  Disin  komunikasi merupakan alat untuk mengekspresikan diri yang diakukan menurut uran dan norma yang di terima ttrmasuk hak dan  tanggung jawab masing – masing orang yang trlibat. Contoh, teman anda hendak meminjam buku anda , nmu sebelumny anda mmperingatkn dia untuk mengembalikannya dalam waktu tiga hri dan dia setuju.
3.      Logika retorika
Yaitu logika yang memandan komunikasi sebagai cara untuk mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan yang dirancang dengan menggunakan logika ini cenderung lentur  atau fleksibel , emiliki pemahaman dan terpusat pada lawan bicara. Conotoh anda menyarankan teman anda secara sopanuntuk meminjam buku yang sama di perpustakaanagar ia bisa mengembalikan buku anda yang di pinjmnya.
f.       Intrepetasi pesan
1.      Teori feminisme
Kramarae memberikan perhatiaan pada aspek gender terhadap bahasa dan ia mendalamii bagaimana pesan memperlkukan wanita dan pria secara berbeda . menurutnya , tidak ada pengalamaan manusia yang bebas dari pengaruh bahasa . dikatakanya “ we are trained to see two sexes. And then we do a lot of work to continue to see only these two sexes “. ( kita di latih untk melihat adanya dua jenis kelamin dan kemudian kita melakukan banyak pekerjaan untuk terus mellihat hanya kepada  dua jenis kelamin ini ). 
                              
2.      Teori makna semantic
Charles Osgood pertama mengemukakan teori pembelajaran . teori ini dimulai dengan asumsi bahwa individu memberikan respons terhadap rangsangan ( stimuli ) yang berasal dari lingkungannya yang memebentuk hubungan stimulus – respons. Ia peraya S-R berperan dalam pemebentukan makna secara internal yyang merupakan respons mental terhadap stimulus.  Osgood meyakini bahwa asosiasi dasar S-R bertanggung jawab pada pembangunan makna, yaitu respon internal dan mental menjadi sebuah rangsangan. Rangsangan dari luar mengarah pada pembentukan makna di dalam diri yang kemudian mengarahkan terciptanya respon ke luar. Rangsangan internal dapat dibagi menjadi dua bagian: respon internal dan rangsangan internal.  Ini dapat digambarkan menjadi (1) rangsangan fisik à (2) respon internal à (3) rangsangan internal à (4) respon dari lua
Memaknai merupakan hal yang internal dan unik karena melibatkan pengalaman setiap individu menghadapi rangsangan alamiah. Karena itu, memaknai berkenaan dengan konotasi. Pemaknaan internal ini memediasi repon setap individu terhadap kata. Kontribusi terbesar Osgood adalah diferensial semantic (semantic differential) berasumsi bahwa satu makna bisa diekspresikan menggunakan kata-kata sifat.
Osgood menggunakan analisis faktor untuk mengetahui dimensi dasar dalam proses memaknai. Ini mengantarkan pada teori mengeni ruang semantic (semantic space). Maka terkait dengan ruang metafora mengenai tiga dimensi utama: evaluasi, aktivitas, dan potensi. Osgood meyakini bahwa tiga faktor makna, yaitu evaluasi, aktivitas, dan potensi, dapat diaplikasikan ke semua orang dan semua konsep.
3.      Tradisi fenomenologi
Fenomenologi memandang komunikasi sebagai pengalaman melalui diri sendiri atau diri orang lain melalui dialog. Tradisi memandang manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia. Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar dari pada hipotesa penelitian sekalipun. Fenomenologi digunakan dalam teori-teori tentang pesan, hubungan interpersonal, budaya dan masyarakat.
Berbagai perbedaan yang terkandung dalam masing-masing kelompok tradisi komunikasi tersebut mempengaruhi pada cara melakukan riset atau penelitian komunikasi dan mempengaruhi pilihan teori yang akan digunakan. Setiap teori menggunakan cara atau metode riset yang berbeda yang secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar paradigma penelitian yaitu obyektif dan iterpretatif 
                                       .
1.Objektif                         
Ilmu pengetahuan seringkali diasosiasikan dengan sifatnya yang objektif (objectivity) yang berarti bahwa pengetahuan selalu mencari standarisasi dan kategorisasi. Dalam hal ini, para peneliti melihat dunia sedemikian rupa sehingga peneliti lain yang menggunakan cara atau metode melihat yang sama akan menghasilkan kesimpulan yang sama pula. Dengan kata lain, suatu replikasi atau penelitian yang berulang-ulang akan selalu menghasilkan kesimpulan yang persis sama sebagaimana penelitian dalam ilmu pengetahuan alam (natural sciences). Penelitian yang menggunakan metode objektif sering disebut dengan penelitian empiris (scientific scholarship) atau positivis. Perlu ditegaskan disini bahwa apa yang dikenal selama ini sebagai tipe penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif masuk dalam kategori penelitian objektif positivis.                                     .

2.intrepetatif
Mereka yang menggunakan pendekatan ini sering disebut dengan humanistic scholarship. Jika metode objektif (penelitian kuantitatif/kualitatif) bertujuan membuat standarisasi observasi maka metode subjektif (penelitian interpretatif) berupaya menciptakan interpretasi. Jika ilmu pengetahuan berupaya untuk mengurangi perbedaan diantara para peneliti terhadap objek yang diteliti maka para peneliti humanistik berupaya untuk memahami tanggapan subjektif individu. Pendekatan interpretatif memandang metode penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat menjelaskan 'misteri' pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi yang kuat dalam penelitian. Kebanyakan mereka yang berada dalam kelompok ini lebih tertarik pada kasus-kasus individu daripada kasus-kasus umum.


BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Jadi yang dinamakan tanda adalah suatu stimulus yang menandai kehadiran sesuatu yang lain . sedangkan simbol adalah suatu instrument pikiran. Komunikasi Verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Sedangkan non verbal adalah sebaliknya, yakni melalui simbol, tanda dan lain lain.


























B.     Daftar Pustaka
Morissan, Teori komunikasi individu hingga massa, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2013
Budyatna Muhammad, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2011



[1] Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Prenadamedia Group, Jakarta,2014, Hal. 136

[2] Budiyatna,  Teori Komunikasi Antar Pribadi, Kharisma Putra Utama, Jakarta,2014, Hal. 134

Iklan

Iklan 2