• Join Us on Google Plus!

Iklan header

Sunday, 27 March 2016

Makalah Filsafat Komunikasi, Konfirmasi

06:11 // by Unknown // // No comments

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat ilmu secara umum dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan, yakni berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan maupun kebaikan.
Maka dari itu, filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal jugamemiliki obyek pembahasan, yaitu obyek material dan obyek formal.
a.       Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
b.      Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Dalam perspektif ini dapat dipahami bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya juga memiliki obyek pembahasan tersendiri, yang mana para ahli filsafat ilmu telah membaginya menjadi dua obyek, yakni obyek substantif dan obyek instrumentatif :
a.       Obyek Subtantif, terbagi menjadi dua :
1. Fakta (Kenyataan)
2. Kebenaran
b.      Obyek Instrumentatif, terbagi menjadi dua :
1.  Konfirmasi
2.  Logika Inferensi
Berdasarkan uraian diatas, maka disini kami akan membahas tentang poin pertama dari obyek instrumentatif dari filsafat ilmu, yakni mengenai konfirmasi, baik berupa definisi konfirmasi, aspek-aspek konfirmasi, maupun pembagian teori-teoridalam ruang lingkup konfirmasi.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana hubungan konfirmasi dalam aspek filsafat komunikasi?

C.    Tujuan
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konfirmasi dalam aspek filsafat komunikasi.























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Konfirmasi
       Konfirmasi berasal dari bahasa Inggris “Confirmation” yang berarti penegasan, pengesahan. Konfirmasi apabila dikaitkan dengan ilmu, maka fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi, dan menghasilkan. Menjelaskan ataupun memprediksi, tersebut lebih bersifat interpretasi untuk memberikan makna tentang sesuatu.
            Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axsioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif
Konfirmasi berupaya mencari hubungan yang normatif antara hipotesis (kesimpulan/dugaan sementara)  yang sudah diambil dengan fakta-fakta. Ada dua aspek konfirmasi, antara lain:
a.      Kualitatif, yaitu informasi untuk konfirmasi didapat dalam bentuk narasi atau deskripsi (gambaran seluruhnya). Contohnya, dalam sebuah penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data ilmiah.
b.      Kuantitatif, yaitu informasi untuk konfirmasi yang didapat dalam bentuk angka. Konfirmasi kuantitatif membutuhkan sampel-sampel yang bisa mewakili keseluruhan bahan penelitian sehingga bisa dilakukan generalisasi kesimpulan. Contoh penerapan konfirmasi kuantitatif dalam penelitian adalah penggunaan angket.
B.     Aspek Kuantitatif dan Kualitatif Konfirmasi
          Dasar untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi, sebagian ahli menggunakan aspek kuantitatif, dan sebagian lain menggunakan aspek kualitatif. Derajat konfirmasi kuantitafif dibangun berdasar hipotesis mengenai obyek yang diukur dan seluas hipotesisnya. Derajat konfirmasinya bersifat probabilitas; probabilitas dari hasil analisis frekuensi. Derajat konfirmasi kuantitatif menjadi masalah pada keluasan generalisasi. Sejauh mana generalisasi dapat diterapkan. Konfirmasi kuantitatif juga menimbulkan masalah pada derajat signifikansinya. Batas koefisien yang dianggap signifikan menjadi masalah, karena dalam terapan dijumpai batas signifikansi statistik dan batas signifikansi arbriter, misal dalam analisis data psikologik, data sosiologis yang mentolerir koefisien lebih rendah dari tabel signifikansi statistik, karena obyek telaahnya adalah manusia.
Untuk membangun konfirmasi kualitatif dan upaya melepaskan dari yang kuantitatif nampaknya memang belum dapat dilakukan sepenuhnya. Sempel menggunakan analisis sintaktikal untuk membuat konfirmasi kebenaran. Carnap menggunakan dua model bahasa, yaitu: bahasa terjemahan dan bahasa interpretasi. Para positivist logis menuntut agar ilmu empirik mereduksi empiri menjadi bahasa penuh arti yang dapat diverifikasi. Carnap mengganti konsep verifikasi dengan konfirmasi. Para phenomenolog menuntut agar ilmu empiri menjadi esensi untuk ditampilkan sebagai bahasa penuh makna yang sentaktikal atau semantikal. Popper menyatakan bahwa untuk membuat konfirmasi tidak dapat membuat dengan verifikasi lewat pengujian hipotesis, dan menawarkan uji falsifikasi untuk mengkonfirmasikan teori.
C.    Teori Konfirmasi
 Teori kepastian atau Confirmation Theory berupaya mencari deskripsi hubungan normatif antara hipotesis dengan evidensi, hubungan tersebut berupaya mengukur atau mengindikasikan apakah dan bagaimana suatu evidensi menjamin percaya kita pada hipotesis. Sampai sekarang setidaknya ada tiga teori konfirmasi, yaitu: Decision Theory, Estimation Theory, dan Reliability Analisys.
a.      Decision Theory
Menerapkan kepastian berdasar keputusan “apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual”. Kriteria “manfaat aktual” memang bersifat subyektif.
b.      Estimation Theory
Kepastian dengan memberi peluang benar-salah dengan menggunakan konsep probabilitas. Konsep ini dominan dalam analisis statistik. Hempel menggunakan konsep probabilitas dengan mendasarkan pada hubungan logis antara proposisi (yang menyatakan tentag evidensi) dengan hipotesis. Sedangkan Rudolp Carnap mendasarkan pada hubungan sintaktikal antara evidensi dengan hipotesis.
c.       Reliability Analysis
Menetapkan kepastian dengan mencermati stbilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.
Kepastian dapat pula dikonstruk atas pemikiran orang tentang choic of action. Dalam filsafat kita kenal determinisme dan indeterminisme. Para ahli mempertanyakan: apakah alam semesta ini deterministik atau memiliki peluang berkembang yang indetrminate. Banyak ahli menganut yang pertama, tetapi lebih banya yang menganut yang kedua[1].
D.    Inferensi
 Inferensi merupakan suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proporsisi (keputusan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya. Suatu inferensi bisa mengakui ataupun memungkiri suatu kesatuan antara dua pernyataan. Inferensi bertolak dari pengetahuan yang sudah ada dan bergerak ke pengetahuan yang baru. Proses penarikan interferensi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.      Deduktif
Deduktif yaitu proses penarikan konklusi secara umum, baru kemudian dijabarkan secara khusus. Proses deduktif sendiri dibagi lagi menjadi dua, diantaranya:
1.      Inferensi langsung, yaitu cara penarikan kesimpulan hanya dari sebuah premis.
2.      Inferensi tidak langsung, yaitu cara penarikan kesimpulan dari dua atau lebih premis.
b. Induktif
Induktif merupakan proses penarikan konklusi dengan menyimpulkan hasil penjabaran-penjabaran secara umum.
Istilah-istilah dalam inferensi
a)      Antesendens, merupakan proporsisi-proporsisi yang menjadi premis-premis dalam suatu siloggisme.
b)      Konsekuens, merupakan proporsisi yang menjadi konklusi.
c)      Term mayor, adalah predikat konklusi.
d)     Term minor, adalah subjek konklusi.
c.    Hukum Inferensi
1)      Jika premis-premisnya benar, maka kesimpulannya benar.
2)      Jika premis-premisnya salah, maka kesimpulannya bisa benar, bisa juga salah.
3)      Jika kesimpulannya salah, maka premis-premisnya salah.
4)      Jika kesimpulannya benar, maka premis-premisnya bisa benar ataupun salah.


E. Konstruksi Teori
a)      Definisi Teori
Teori merupakan model atau kerangka berpikir yang menjelaskan fenomena alami/sosial tertentu. Menurut KBBI, teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan suatu peristiwa. Menurut Miarso, teori merupakan cara untuk mengamati gejala yang ada berdasarkan data empiris. Jadi, suatu teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Ada dua kutub arti teori, yaitu kutub yang menyatakan teori sebagai hukum eksperimental, dan kutub yang menyatakan teori sebagai hukum yang berkualitas normal. Contoh teori hukum eksperimental adalah Hukum Mendel, sedangkan teori hukum berkualitas normal contohnya adalah Teori Relativitas Einstein.
b) Pengelompokan perkembangan ilmu pengetahuan
a.       Animisme, merupakan fase percaya pada mitos
b.      Ilmu empiris, sudah menggunakan tolok ukur ilmu yang diantaranya adalah pengalaman, klasifikasi, hubungan sebab akibat, dan perkiraan kebenaran.
c.       Ilmu teoretis, merupakan fase yang mengemukakan gejala-gejala dalam ilmu dengan kerangka pemikiran.
c) Pembangunan konstruksi teori
a.       Abstraksi generalisasi
b.      Deduksi probabilistik dan deduksi apriori
d) Model konstruksi teori
a.       Korespondensi, kebenaran dibuktikan dengan menemukan hubungan kebenaran tersebut dengan hal lain.
b.      Koherensi, kebenaran dibuktikan dengan kesesuaian dengan moral tertentu.
c.       Paradigmatis, kebenaran ditata dengan pola hubungan yang beragam dan menyederhanakan yang kompleks.
e) Aliran dalam konstruksi teori
a.       Redeuksionisme, menyatakan bahwa teori merupakan suatu hal yang abstrak dan tidak dapat diamati secara empiris maupun diuji secara langsung.
b.      Instrumentalisme, menyatakan bahwa teori merupakan instrumen pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
c.       Realisme, menyatakan bahwa teori dianggap nyata bila objek secara substansi ada di dunia nyata.

F. Hasil Wawancara
            Dosen              : Moch.Choirul Arif,M. Fil.I
            Menurut dosen filsafat menjelaskan tentang filsafat konfirmasi bahwa konfirmasi adalah teknik penggalian data yang digunakan untuk mempertegas atau memperjelas kebenaran data yang diperoleh dari pihak lain. Konfirmasi juga dapat dikatakan upaya yang dilakukan seseorang untuk memastikan kebenaran yang dimilikinya atau diyakininya dari pihak lain.
Menurut dosen Moch. Choirul Arif,M.Fil.I bahwa filsafat terdapat paradigma filsafat dalam komunikasi diantaranya:
a.       Paradigma mekanistik adalah proses komunikasi seperti mesin,maka dalam berkomunikasi membutuhkan komunikator,komunikan,media,dan efek.
b.      Paradigma psikologis adalah komunikasi berangkat dari ranah psikologis.maka dalam berkomunikasi hanya terdapat keterlibatan antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi dan pemahaman psikologis
c.       Paradigma interaksionisme simbolik adalah paradigma yang melibatkan bahwa proses komunikasi sejatinya adalah interaksi simbol-simbol yang dimiliki antara manusia dan lingkungannya sehingga untuk bisa memahami apa itu komunikator dan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dalam paradigma interaksionisme simbolik baik komunikan maupun komunikator harus memahami pikiran,perasaan,nilai-nilai yang dianut,lingkungan dari komunikator dan komunikan itu dan harus dapat diterima di keduanya sehingga pesan dapat diterima.
d.      Paradigma kritis adalah proses komunikasi tidak berjalan alamiah tetapi perlu dengan kesengajaan,kepentingan bahkan terdapat pertarungan didalamnya.
e.       Paradigma fenomenologi adalah proses komunikasi yang mencoba melihat sesuatu dibaliknya. Contoh orang tersenyum bukan berarti dia bahagia bisa jadi orang tersenyum menunjukkan kekecewaannya,orang susah cemberut apakah dia susah dan bersedih? Belum tentu bisa jadi wajahnya yang memang seperti itu. Fenomenologi melihat makna yang muncul dibalik yang tampak.
Dalam filsafat, konfirmasi tidak terdapat didalam filsafat, konfirmasi dikenal dalam filsafat sangat praktis. Konfrmasi masuk di dalam ranah metode yaitu metodologi penelitian  ranah konfirmasi yang berada di metode itu menjadi bagian teknis dari epistimologi.
Epistimologi, hal ini berbicara bagaimana caranya membuat kursi itu? Aksiologi berbicara tunggal atau jamak. Hal ini berbicara untuk apa kursi itu dibuat?
Konfirmasi dalam konteks filsafat masuk dalam konteks metodologi yaitu bagaimana menemukan kebenaran berdasarkan sumber lain.
Contoh:
kakak menyuruh adek: Dek kamu disuruh ibu beli kacang.
 Adek : masa’ sih ? sebentar ku tanya ibu dulu. Bu,aku bener gak? Kata kakak,aku disuruh beli kacang?
Ibu : iya nak benar.
Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa ini adalah konfirmasi.
Contoh:
Ketika saya mewawancarai bapak dosen ini,menggunakan teknik wawancara dengan bertanya pengertian filsafat dan komunikasi lalu saya bertanya kepada dosen filsafat lainnya tentang apakah benar pengertian filsafat adalah seperti ini? Dan dosen tersebut menjawab iya benar itu adalah filsafat tapi belum ke komunikasi. Maka hal ini dinamakan konfirmasi.
Jadi kesimpulan, konfirmasi adalah teknik bukan bahasan filsafat. Caranya benar atau tidak seperti ini karena hal ini termasuk epistemologi
G. Analisa Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan dapat kami ambil kesimpulan persamaan dari berbagai referensi buku, konfirmasi adalah memastikan,memprediksi Menjelaskan ataupun memprediksi, tersebut lebih bersifat interpretasi untuk memberikan makna tentang sesuatu. (Prof.Dr.dr.Stefanus Supriyanto,MS.Filsafat Ilmu.2013)
Hubungan filsafat dengan komunikasi adalah berhubungan dan sejalan dengan adanya tema konfirmasi. Ilmu komunikasi membutuhkan komunikator,komunikan,media dan efek, hal ini dijelaskan pada paradigma mekanistik begitu pula pada referensi buku ilmu komunikasi dalam teori lasswell menjelaskan bahwa formula komunikasi berbunyi “who,say What, with What Channel, to Whom, and with What Effects” (Drs.Onong Uchjana Effendy,M.A.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.1984)
Dalam pelbagai definisi hasil analisa wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa konfirmasi dalam filsafat komunikasi tidak ada dalam bahasan karena konfirmasi dapat didefinisikan sebagai teknik untuk menjadi suatu metedologi penelitian yang termasuk dalam kualitatif dan kuantitaif. Penelitian kuantitatif berangkat dari logika berpikir deduktif. Sedangkan pada penelitian kualitatif berangkat dari sejumlah kejadian (fenomena) yang diobservasi (diamati),kemudian disusunlah polanya. (Prof.DR.Ahmad Tafsir.Filsafat Umum.2013)
BAB III
PENUTUP
       A.    Kesimpulan
Obyek dalam Filsafat Ilmu terdiri dari obyek Subtantif dan instrumentatif. Konfirmasi termasuk dalam obyek Instrumentatif. Pengertian Konfirmasi yakni berasal dari bahasa Inggris “Confirmation” yang berarti penegasan, pengesahan.
Aspek dalam Konfirmasi terdiri dari:
 Aspek Kuantitatif yaitu derajat konfirmasi kuantitafif dibangun berdasar hipotesis mengenai obyek yang diukur dan seluas hipotesisnya.
Aspek Kualitatif yaitu derajat konfirmasi kualitatif dibangun berdasar informasi yang didapat dengan konfirmasi dalam bentuk narasi atau deskripsi (gambaran seluruhnya).
Pada hakekatnya, konfirmasi tidak terdapat dalam bahasan spesifik di dalam filsafat komunikasi. Konfirmasi hanya menjadi suatu teknik dalam metodologi penelitian di dalam filsafat komunikasi yang memiliki dua aspek yaitu kualitatif dan kuantitatif.




















DAFTAR PUSTAKA

Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu, 1998, Yogyakarta: Rakesarasin
Muhammad Mufid, 2010, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Prof.Dr.dr.Stefanus Supriyanto,MS.,Filsafat Ilmu,2013: Prestasu Pustakaraya




[1] Filsafat Ilmu Muhadjir Noeng halaman 20-22

0 comments:

Post a Comment

Iklan

Iklan 2