• Join Us on Google Plus!

Iklan header

Saturday, 17 January 2015

Pengertian Studi Islam Dan Pertumbuhan Studi Islam

20:25 // by Unknown // // No comments


1.      Pengertian studi islam
Secara etimologis, studi islam merupakan terjemahan dari bahasa arab dirasah islamiyah. Dalam kajian islam di barat, studi islam disebut Islamic studies. Dengan demikian, studi islam adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Tentu makna ini sangat umum, karena segala sesuatu yang berhubungan dengan islam dikatakan studi islam. Oleh karena itu, perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang studi islam dalam kajian ini, yaitu memahami dengan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam, maupun pelaksanaannya dalam kehidupan.
Untuk memahami beberapa dimensi dari agama islam, maka diperlukan metode pendekatan yang secara operasional konseptual dapat memberikan pemahaman bahwa islam sangat luas. Tentunya untuk menemukan dan menguji pendekatan-pendekatan tersebut dilakukan melalui penelitihan. Penelitihan (research) adalah upaya sistematis serta obyektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan suatu prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitihan juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan.
Pengertian agama bukan meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati, meyakini dan memperoleh pengaruh dari agama. Dengan kata lain, penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologis atau filosofis, akan tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan system social dengan berdasarkan pada fakta atau realitas sosio-kultural. Dengan bahasa ilmiyahnya, mengkaji islam secara scientific.
Untuk melakukan suatu penelitihan, dibutuhkan metode. Ilmu yang mempelajari metode itu disebut sebagai metodologi. Metodologi studi islam mengkaji tentang metode-metode, pendekatan-pendekatan, yang digunakan dalam malakukan penelitihan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan islam[1]. Tentunya memahami islam tidak dapat dengan melalui pendekatan ilmu pasti, karena ia terkait dengan pemahaman seseorang, yang tidak dapat diukur dengan ilmu pasti.
2.      Sejarah pertumbuhan studi islam
Studi islam sebagai sebuah disiplin, sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Studi ini memiliki akar yang kokoh di kalangan sarjana muslim dalam tradisi keilmuan tradisional.mereka telah mengupayakan interpretasi tentang islam dan hal ini terus berlanjut hingga sekarang. Ketika terjadi kontak antara orang Kristen dan islam, studi islam mulai memasuki wilayah Kristen eropa pada masa pertengahan. Pada masa ini, kajian lebih diwarnai oleh tujuan polemic, karena islam dipahami oleh kalangan orientalis dengan pemahaman yang tidak layak. Meskipun demikian, kontak dengan ketegangan antara islam dan barat pada akhrinya menemukan titik dimana studi islam memperoleh manfaat besar dari perkembangan metodologi dan kajian ilmiyah di barat.
Dalam decade terakhir ini, saling tumbuh kesadaran akan pentingnya berbagai pendekatan ilmiyah dalam bidang Islamic studies dan perhatian akan problem-problem yang di hasilkan dari berbagai pendekatan ini. Dalam setiap pendekatan dijumpai kemungkinan-kemungkinan metode tertentu yang lebih kritis dan aplikatif daripada metode lainnya. Pendekatan dan metode yang digunakan sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui dan jenis data yang ingin diakses. Oleh Karen itu dalam Islamic studies terdapat multiplisitas pendekatan dan metode yang saling melengkapi dan mengisi secara kritis komunikatif. Sebagai contoh,dalam studi tentang data keagamaan, seperto al-qur’an, teks-teks klasik dan interpretasi tentang makna-makna keagamaan,meskipun pendekatan dan metode yang digunakan sama, kesimpulan ilmiyahnya bisa berbeda, karena ada sensibilitas yang berbeda antara satu peneliti dan peneliti lainnya.
Jika di lacak, sejarah pertumbuhan studi islam bisa dilihat pada abad ke-19, di mana kajian islam pada masa ini lebih menekankan pada tradisi filologi.para pengkaji di bidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa,ahl teks-teks kunci klasik, yang melalui bahasa dan teks-teks kunci klasik itu mereka dapat memahami gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat islam, tanpa memahami konteks.[2] Pendekatan filologis (philological approach) menekankan pada bahasa teks. Para pengkaji di bidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa, ahli teks-teks kunci klasik, yang melalui bahasa dan teks klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat islam, tanpa memahami konteks.[3]
Akan tetapi, kajian islam melalui pendekatan filologi ini memiliki keterbatasan, di antaranya adalah penekanannya yang eksklusif terhadap teks. Dunia islam dipahami melalui cara tidak langsung,tidak dengan melalui penelitihan kehidupan muslim yang ada dalam masyarakatnya, tetapi melalui prisma teks, yang umumnya teks-teks itu berasal dari tradisi intelektual klasik milik islam. Kajian ini berfokus pada tulisan-tulisan muslim, bukan pada muslimnya sendiri.[4] Inilah yang menyebabkan para filolog dan orientalis banyak melakukkan kesalahan dalam memahami data keagamaan. meskipun demikian, pendekatan ini sangat membantu dalam membuka kekayaan daftar materi keislaman dari dokumen-dokumen lama, karena melakukkan studi terhadap islam tanpa menguasai bahasa arab adalah sebuah kemustahilan.
Pada masa berikutnya, para pengkaji mulai menyadari kelemahan kajian filologi ini, sehingga muncullah kajian sains. Para penganjur pendekatan kedua ini berpendapat bahwa kajian tentang masyarakat harus diupayakan melalui metode-metode sains seperti yang di pahami oleh ilmuan sosial. Jadi kelompok ini mencoba mencari jalan pintas. Makna dan muatan kultural dari institusi sosial. Jadi kelompok ini mencoba mencari jalan pintas. Makna dan muatan kultural dari institusi sosial tidak relevan dan dikesampingkan. Bagi kelompok ini, masyarakat bukanlah sistem makna, tetapi mesin sosial. Kelemahan ke dua dari pendekatan ini adalah terlalu mengesampingkan keunikan masyarakat, menyamakan semua masyarakat di dunia yang berjalan di atas rute yang sama, yaitu menuju modernitas.
Dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh dua pendekatan tersebut, tampak jelas akan perlunya suatu pendekatan lain yang dapat menghindari keterbatasan dari masing-masing pendekatan tersebut, bahkan mengkombinasikan dan mengembangkan lebih jauh kekuatan keduanya. Maka muncullah kemudian pendekatan lain, yang di munculkan oleh pengkaji islam, baik dari timur maupun barat, seperti pendekatan fenomenologi dan lain sebagainya.




[1] Richard C. Martin, “islam and religious studies”, dalam approaches to islam in religious studies (USA: Arizona University Press, 1985), 2.
[2] Noor Chozin Askandar, pendekatan dalam studi islam (makalah kelas program doctor UINSA, angkatan 2003).
[3] Ibid.
[4] Zakiyuddin Baidhawi, “perkembangan kajian islam dalam studi agama,”

0 comments:

Post a Comment

Iklan

Iklan 2